Skip to main content

Physical Distancing Bukan Memutus Silaturahmi Hanya Jaga Jarak Fisik

Virus Corona semakin meluas di berbagai negara dan daerah dalam negeri. Pemerintah menganjurkan masyarakat untuk menerapkan Social Distancing atau pembatasan sosial. Namun, Istilah itu rentan salah persepsi di tengah masyarakat. Ikatan sosial sangat diperlukan, tetapi tidak dengan fisik yang berdekatan.  Pemimpin teknis upaya penanggulangan Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove mendorong masyarakat untuk menjaga jarak fisik dengan orang lain. Namun, menjaga jarak fisik bukan berarti memutus tali silaturahmi antar sesama. Istilah tersebut berganti menjadi Physical Distancing, tujuannya agar orang – orang tetap terhubung secara sosial meskipun ada instruksi untuk berdiam diri di rumah demi memutus rantai penyebaran virus Corona. Meski berjauhan kita tetap menjaga komunikasi dengan orang – orang terdekat dengan memanfaatkan telepon, video call, maupun obrolan chat. 
Social and Physical Distancing

Apakah Physical Distancing sama dengan Social Distancing?

Sebelumnya, upaya pembatasan jarak dengan orang lain ini dikenal dengan istilah social distancing. Hanya saja beberapa waktu lalu WHO menganjurkan untuk mengganti istilah tersebut dengan physical distancing. Alasannya, penggunaan istilah social distancing dikhawatirkan bias disalahartikan dengan memutus komunikasi atau interaksi social dengan keluarga dan kerabat. Padahal interaksi sosial juga memiliki peran penting dalam upaya menghadapi pandemi Covid-19.
Dengan menjaga komunikasi dengan orang lain, kita bias saling memberi kabar dan semangat sehingga kita tidak merasa kesepian, sedih, atau terasing. Perasaan – perasaan negative ini dapat memicu stress dan depresi serta melemahkan daya tahan tubuh. Selain itu, kita juga bias saling bertukar informasi terkait cara pencegahan virus dan situasi terbaru diluar rumah.
Pemerintah dan WHO berharap, pergantian istilah ini dapat memudahkan masyarakat untuk memahami bahwa upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 adalah menjaga jarak aman secara fisik, bukan memutus kontak secara sosial. Physical Distancing pada intinya cukup efektif untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Namun, hal ini tentu perlu disertai dengan upaya pencegahan lainnya seperti rajin mencuci tangan, membersihkan rumah dengan baik dan memperkuat daya tahan tubuh.

Apa itu Physical Distancing?

Physical Distancing atau pembatasan jarak fisik adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah dan  mengendalikan penyebaran infeksi virus Corona. Saat menjalankan physical distancing, masyarakat diminta untuk tidak bepergian ke tempat yang ramai seperti mall, restoran, pasar, serta gym atau pusat kebugaran. Sebisa mungkin menghindari penggunaan commuter line, busway, atau transportasi umum lainnya yang padat penumpang. Masyarakat juga perlu membatasi kontak langsung seperti berjabat tangan dan menjaga jarak aman minimal 1 meter ketika berinteraksi dengan orang lain, terlebih jika orang tersebut sedang sakit atau berisiko tinggi terinfeksi virus Corona.
Dalam prakteknya, physical distancing juga dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini :
•    Jangan keluar rumah kecuali urusan penting seperti membeli kebutuhan pokok, atau berobat ketika sakit;
•    Menyapa orang lain dengan lambaian tangan bukan dengan berjabat tangan;
•    Bekerja atau belajarlah dari rumah;
•    Manfaatkan telepon genggam atau video call untuk tetap terhubung dengan kerabat dan rekan kerja;
•    Lakukan olahraga dirumah, tidak di pusat olahraga atau gym;
•    Jika ingin berbelanja kebutuhan sehari – hari lakukan diluar jam sibuk;
•    Memakai masker saat keluar rumah;
•    Minta kurir pengantar barang atau makanan untuk melakukan contactless delivery (menerima pesanan tanpa bertemu langsung dengan kurir) saat memesan makanan atau berang lainnya;
•    Menunda mengunjungi orang lain atau mudik.

Untuk memastikan physical distancing berjalan disiplin dan efektif, beberapa negara seperti China, Italia, India dan Vietnam sudah menerapkan lockdown.
Selain ditempat umum, pemerintah juga menekankan physical distancing di dalam rumah. Hal ini dikarenakan anda atau orang rumah yang terlihat sehat dan tidak menunjukkan grjala Covid-19 bisa saja sebetulnya sudah terinfeksi virus Covid-19 dan berpotensi menularkannya kepada orang lain. Penularan virus Covid-19 ini akan lebih mudah terjadi pada orang yang memiliki risiko tinggi tertular seperti para lansia, penderita penyakit kronis seperti asma, diabetes, penyakit jantung serta orang – orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah misalnya karena kanker atau infeksi HIV. 
Itulah beberapa hal penting diketahui seputar physical distancing untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Tetap jaga kesehatan dengan meningkatkan imunitas tubuh anda dan keluarga selama beraktivitas di dalam rumah. Untuk mengisi waktu selama physical distancing di dalam rumah, anda bias melakukan hal – hal berikut :
•    Menonton acara TV favorit dengan keluarga;
•    Family quality time dengan mengobrol agar tercipta bonding yang kuat;
•    Berolahraga di rumah agar tubuh tetap bugar;
•    Membaca buku favorit;
•    Memulai hobi baru seperti memasak, menggambar, atau hobi lainnya.

Jangan lupa untuk istirahat yang cukup dan rajin mencuci tangan dengan benar. Mari bersatu melawan Corona untuk life excellently.

Comments

Popular posts from this blog

Distribusi Produk Nyata (tangible) dan produk tidak nyata (intangible)

Distribusi merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai pada pemakai (Angipora, 2002:295). Distribusi merupakan masalah lain yang akan dihadapi perusahaan pada saat produk selesai diproses. Distribusi ini menyangkut cara penyampaian produk ke tangan konsumen. Manajemen pemasaran mempunyai peranan dalam mengevaluasi penampilan para penyalur. Bila perusahaan merencanakan suatu pasar tertentu, yang pertama kali dipikirkan adalah siapa yang akan ditunjuk sebagai penyalur di sana, atau berapa banyak yang bersedia untuk menjadi penyalur di daerah itu. Hasil penelitian Satmoko, dkk (2005) menyatakan bahwa distribusi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Produk dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu produk yang berbentuk barang (fisik) dan produk berbentuk jasa (tidak berwujud). Namun secara jelas hampir tidak ada jenis produk yang tidak tergantung satu sama lain. Strategi memasarkan produk yang dominan b

Liver Disease, Cirrhosis is the biggest cause of DEATH!!!

CIRRHOSIS (sirosis)   Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45-46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai penyakit yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, koma peptikum, hepatorenal sindrom, dan asites, Spontaneous bacterial peritonitis serta Hepatosellular carsinoma. Gejala klinis dari sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju, maka kasus Sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit in, dan lebih kurang 30% lainnya di