CIRRHOSIS (sirosis)
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45-46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai penyakit yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, koma peptikum, hepatorenal sindrom, dan asites, Spontaneous bacterial peritonitis serta Hepatosellular carsinoma. Gejala klinis dari sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju, maka kasus Sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit in, dan lebih kurang 30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika berobat untuk penyakit lain, sisanya ditemukan saat atopsi.
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodul-nodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati yaitu suatu keadaan disorganisasi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jarinan mengalami fibrosis. Menurut Lindseth, Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati. Sirosis hati dapat mengganggu sirkulasi sel darah intra hepatik, dan pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati. (Sutadi, 2012)
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45-46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai penyakit yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, koma peptikum, hepatorenal sindrom, dan asites, Spontaneous bacterial peritonitis serta Hepatosellular carsinoma. Gejala klinis dari sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju, maka kasus Sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit in, dan lebih kurang 30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika berobat untuk penyakit lain, sisanya ditemukan saat atopsi.
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodul-nodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati yaitu suatu keadaan disorganisasi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jarinan mengalami fibrosis. Menurut Lindseth, Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati. Sirosis hati dapat mengganggu sirkulasi sel darah intra hepatik, dan pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati. (Sutadi, 2012)
Secara lengkap Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi. Pada sirosis hati, sel-sel hati mengalami nekrosis. Akibatnya, fungsi fisiologis hati menjadi terganggu. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati yang akan menyebabkan penurunan fungsi hati dan bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena porta yang akhirnya menyebabkan hipertensi portal. Pada sirosis dini biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan.
Gejala
dan Tanda Klinis Sirosis
Gejala Sirosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di hati yang mulai rusak fungsinya, yaitu : kelelahan, hialng nafsu makan, mual-mual, badan lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada sirosis terjadi kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difus.
Gejala Sirosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di hati yang mulai rusak fungsinya, yaitu : kelelahan, hialng nafsu makan, mual-mual, badan lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada sirosis terjadi kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difus.
Tanda-tanda klinis yang
dapat terjadi yaitu :
1. Adanya
ikterus (penguningan) pada penderita sirosis
Timbulnya ikterus
(penguningan) pada seseorang merupakan tanda bahwa ia sedang menderita penyakit
hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika hati sakit dan tidak bisa
menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati.
Ikterus terjadi sedikitnya pada 60% penderita selama perjalanan penyakit.
2. Timbulnya
asites dan edema pada penderita sirosis
Ketika hati kehilangan
kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk pada kaki (edema) dan
abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik
pada kapiler usus. Edema umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat
dari hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
3. Hati
yang membesar
Pembesaran hati dapat
ke atas mendesak diagfragma dan kebawah. Hati membesar skitar 2-3 cm dengan
konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.
4. Hipertensi
portal
Hipertensi portal
adalah peningkatan tekanan darah, vena portal yang memetap di atas nilai
normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap
aliran darah melalui hati.
Klasifikasi Sirosis
Klasifikasi Sirosis
1. Sirosis
Hati Kompensata yaitu belum adanya gejala klinis yang nyata bisanya stadium ini
ditemukan saat pemeriksaan screening.
2. Sirosis
Hati Dekompensata yaitu ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang jelas.
Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan
pada satu tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat
dibedakan melalui biopsi hati.
Secara morfologi
Sherrlock membagi Sirosis hati bedasarkan besar kecilnya nodul, yaitu:
a. Makronoduler
(Ireguler, multilobuler)
b. Mikronoduler (reguler,
monolobuler)
c. Kombinasi antara bentuk
makronoduler dan mikronoduler.
Menurut Gall seorang ahli penyakit hati,
membagi penyakit sirosis hati atas:9
a. Sirosis Postnekrotik, atau sesuai dengan
bentuk sirosis makronoduler atau sirosis toksik atau subcute yellow, atrophy
cirrhosis yang terbentuk karena banyak terjadi jaringan nekrose.
b. Nutrisional cirrhosis, atau sesuai dengan
bentuk sirosis mikronoduler, sirosis alkoholik, Laennec´s cirrhosis atau fatty
cirrhosis. Sirosis terjadi sebagai akibat kekurangan gizi, terutama faktor
lipotropik.
c. Sirosis Post
hepatic, sirosis yang terbentuk sebagai akibat setelah menderita hepatitis.
Penyebab
Sirosis
1. Kekurangan
Nutrisi
Menurut
Spellberg, Shiff (1998) bahwa di negara Asia faktor gangguan nutrisi memegang
penting untuk timbulnya sirosis hati. Dari hasil laporan Hadi di dalam
simposium Patogenesis sirosis hati di Yogyakarta tanggal 22 Nopember 1975,
ternyata dari hasil penelitian makanan terdapat 81,4 % penderita kekurangan
protein hewani, dan ditemukan 85 % penderita sirosis hati yang berpenghasilan
rendah, yang digolongkan ini ialah: pegawai rendah, kuli-kuli, petani, buruh
kasar, mereka yang tidak bekerja, pensiunan pegawai rendah menengah.
2. Hepatitis
Virus
Hepatitis
virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab sirosis hati,
apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965 dalam
darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai peranan
yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi sirosis. Secara
klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai
kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukan
perjalanan yang kronis, bila dibandingkan dengan hepatitis virus A.
Hepatitis
B adalah penyakit infeksi disebabkan oleh virus hepatitis B yang dapat
menimbulkan peradangan bahkan kerusakan sel–sel hati. Sekitar satu per tiga
dari populasi dunia pernah terpapar pada suatu waktu oleh virus hepatitis B
(VHB). Selain itu, hampir 350 juta individu diseluruh dunia terinfeksi secara
kronis dengan virus ini. Sebagai akibatnya, komplikasi-komplikasi dari infeksi virus
hepatitis B mencapai dua juta kematian setiap tahunnya.
Virus
hepatitis C adalah virus RNA dari keluarga Flaviviridae. Virus ini memiliki
partikel untuk menyelimuti untaian RNA yang panjangnya 9.600 basa nukleotida.
Genom VHC terdiri dari protein structural (C, E1 dan E2) dan protein
non-struktural (NS1,NS2, NS3, NS4A, NS4B, NS5A, dan NS5B) yang terletak di
dalam poliprotein 5’NTR dan 3’NTR. Protein non-struktural dan RNA virus
hepatitis C telah terbukti ditemukan pada hati pasien yang terinfeksi hepatitis
C sehingga membuktikan bahwa hati adalah tempat replikasi virus hepatitis C.(Ekasari, 2016)
3. Alkohol
Alkohol sering digunakan untuk
menghilangkan efek yang tidak diharapkan dari NAPZA lainnya atau digunakan
untuk menggantikan NAPZA tertentu ketika NAPZA tersebut tidak tersedia. Gejala
gangguan perilaku menyimpang, depresi, cemas, dan insomnia seringkali menyertai
penggunaan alkohol dosis tinggi dan kadang-kadang mendahuluinya. Penggunaan
terus menerus dari alkohol dapat mengganggu kerja hampir seluruh organ,
khususnya pada hati. Individu dengan penggunaan alkohol dan depresi memiliki
tingkat kematian yang lebih besar daripada mereka yang memiliki kondisi
penyakit kronis somatik lainnya. (Shely, 2013)
4. Penyakit
Wilson
Suatu
penyakit yang jarang ditemukan, biasanya terdapat pada orang-orang muda dengan
ditandai sirosis hati, degenerasi basal ganglia dari otak, dan terdapatnya
cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan disebut Kayser Fleischer
Ring. Penyakit ini diduga disebabkan defesiensi bawaan dari seruloplasmin.
Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, mungkin ada hubungannya dengan
penimbunan tembaga dalam jaringan hati.
5. Hemokromatosis
Bentuk sirosis yang terjadi biasanya tipe
portal. Ada dua kemungkinan timbulnya hemokromatosis, yaitu:
1. Sejak dilahirkan si penderita menghalami
kenaikan absorpsi dari Fe.
2.
Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada penderita
dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari Fe, kemungkinan
menyebabkan timbulnya sirosis hati.
6. Penyebab
Lainnya
a. Kelemahan
jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis kardiak. Perubahan
fibrotik dalam hati terjadi sekunder terhadap reaksi dan nekrosis
sentrilobuler.
b. Sebagai
saluran empedu akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu akan dapat
menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada
kaum wanita.
c. Penyebab
sirosis hati yang tidak diketahui dan digolongkan dalam sirosis kriptogenik.
Penyakit ini banyak ditemukan di Inggris. Dari data yang ada di Indonesia Virus
Hepatitis B menyebabkan sirosis 40-50% kasus, sedangkan hepatitis C dalam 30-40
% . sejumlah 10-20% penyebabnya tidak diketahui dan termasuk disini kelompok
virus yang bukan B atau C. (Sumatera, 2012)
Distribusi
dan Frekuensi Sirosis
1. Menurut
Orang
Case Fatality Rate (CSDR) Sirosis hati
laki-laki di Amerika Seikat tahun 2001 sebesar13,2 per 100.000 dan wanita
sebesar 6,2 per 100.000 penduduk. Di Indonesia, kasus ini lebih
banyak ditemukan pada kaum laki-laki dibandingkan kaum wanita. Dari yang
berasal dari beberapa rumah sakit di kita-kota besar di Indonesia
memperlihatkan bahwa penderita pria lebih banyak dari wanita dengan perbandingan
antara 1,5 sampai 2:1. Hasil penelitian Suyono dkk tahun 2006 di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan pasien sirosis hati laki-laki (71%)
lebih banyak dari wanita (29%) dengan kelompok umur 51-60 tahun merupakan kelompok
umur yang terbanyak. Ndraha melaporkan selama Januari –Maret 2009 di Rumah
Sakit Koja Jakarta dari 38 penderita sirosis hati, 63,7% laki-laki dan 36,7 %
wanita, terbanyak (55,3%) adalah kelompok umur 40-60 tahun.
2. Tempat
Sirosis hati dijumpai di seluruh
negara, tetapi kejadiannya berbeda-beda tiap negara. Pada periode 1999-2004 insidensi sirosis hati di Norwegia
sebesar 13,4 per 100.000 penduduk. Dalam kurun waktu lima tahun (2000-2005) dari data yang dikumpulkan dari Rumah Sakit Adam Malik Medan, Klinik
Spesialis Bunda dan Rumah Sakit PTPN II Medan, ditemukan 232 penderita sirosis
hati.
3. Waktu
Pada
tahun 2001di Islandia insidensi sirosis hati 4 % dan tahun 2002 sebesar 2,4%. Pada tahun 2002, PMR sirosis hati di dunia yaitu 1,7%. Di Modolvo terjadi peningkatan, dimana pada tahun 2002 CSDR
sirosis hati 89,2% per 100.000 penduduk (CSDR 2002), dan pada tahun 2004 sebesar 99,2% (CSDR 2004). Di Amerika Serikat terjadi peningkatan persentase kematian
akibat sirosis hati sebesar 3,4 % dari. tahun 2006 ke tahun 2007.
Pencegahan Sirosis
1.
Primer
Sirosis
ini paling sering disebabkan oleh minuman keras, hepatitis B dan C. Cara untuk
mencegah terjadinya sirosis dengan tidak konsumsi alkohol, menghindari risiko
infeksi hepatitis C dan hepatitis B. Menghindari obat-obatan yang
diketahui berefek samping merusak hati. Vaksinasi merupakan pencegahan efektif
untuk mencegah hepatitis B.
2.
Sekunder
a.
Pengobatan
Penyebab primernya dihilangkan, maka dilakukan
pengobatan hepatitis dan pemberian imunosupresif pada autoimun. Pengobatan
sirosis biasanya tidak memuaskan. Tidak ada agent farmakologik yang dapat
menghentikan atau memperbaiki proses fibrosis. Penderita sirosis hati
memerlukan istirahat yang cukup dan makanan yang adekuat dan seimbang. Protein
diberikan dengan jumlah 1-1½ g/kg berat badan. Lemak antara 30 %- 40%. Infeksi
yang terjadi memerlukan pemberian antibiotik yang sesuai. Asites dan edema
ditanggulangi dengan pembatasan jumlah cairan NaCl disertai pembatasan
aktivitas obstruksi. Pendarahan saluran
cerna atas oleh varises esophagus yang pecah memerlukan perhatian terhadap
jumlah darah yang hilang, dan harus ditutup atau tekanan portal diturunkan
melalui operasi shunt.
b.
Diagnosa
1) Diagnosa Sirosis Hati Berdasarkan Pemeriksaan Laboratorium
a) Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita
ada ikterus. Pada penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine
berkurang ( urine kurang dari 4 meq/l) menunjukkan kemungkinan telah terjadi
syndrome hepatorenal.
b) Tinja
Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus,
ekskresi pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah,
di dalam usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang
menyebabkan tinja berwarna cokelat atau kehitaman.
c) Darah
Biasanya dijumpai normostik
normokronik anemia yang ringan, kadang-kadang dalam bentuk makrositer yang
disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin B12 atau karena splenomegali.
Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan gastrointestinal maka baru akan
terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni bersamaan dengan adanya
trombositopeni.
d) Tes Faal Hati
Penderita sirosis banyak
mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi penderita yang sudah disertai
tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin menaik, sedangkan albumin
menurun. Pada orang normal tiap hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada
orang dengan sirosis hanya dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari. Kadar normal albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dL. Jumlah albumin
dan globulin yang masing-masing diukur melalui proses yang disebut
elektroforesis protein serum. Perbandingan normal albumin : globulin adalah 2:1
atau lebih. Selain itu, kadar asam empedu juga termasuk salah satu
tes faal hati yang peka untuk mendeteksi kelainan hati secara dini.
2) Sarana Penunjang Diagnostik
a)
Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,: pemeriksaan
fototoraks, splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP).
b)
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan di
hati, termasuk sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat
ringannya penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati membesar,
permulaan irregular, tepi hati tumpul, . Pada fase lanjut terlihat perubahan
gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati yang irregular. Sebagian hati
tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas normal.
c)
Peritoneoskopi (laparoskopi)
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati
akan jelas kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar
atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi biasanya tumpul.
Seringkali didapatkan pembesaran limpa.
3.
Tersier
Bila
sudah dapat ditentukan diagnosa sirosis hati secara klinis, maka langkah yang
perlu dilakukan lebih lanjut adalah pemberian terapi. Untuk menentukan terapi
yang tepat, perlu ditinjau berat ringannya kegagalan faal hati Etiologi sirosis
mempengaruhi penanganan sirosis. Terapi ditujukan mengurangi progresi penyakit,
menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan dan
penanganan komplikasi. Setelah sirosis berkembang,
skrining tahunan harus dilakukan untuk mengikuti risiko perdarahan dengan
endoskopi atas dan untuk deteksi dini kanker hati dengan USG. (Abubakar, 2015)
Diagnosis
Perilaku
1. Faktor
yang berpengaruh terhadap sirosis (penyebab)
a. Kekurangan
Nutrisi (malnutrisi)
b. Hepatitis
Virus
c. Alkohol
d. Penyakit
Wilson
e. Homokromatosis
2. Faktor
perilaku yang berpengaruh pada sirosis adalah kekurangan nutrisi dan penggunaan
alkohol.
a. Kekurangan
nutrisi merupakan gangguan kesehatan serius yang terjadi ketika tubuh tidak
mendapat asupan nutrisi yang cukup padahal, nutrisi ini sangat penting agar
tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Dampak permanen dari kekurangan
nutrisi akan berakitbat pada penurunan kemampuan otak yang kemudian diikuti
oleh penurunan kemampuan fungsi tubuh lainnya. Dalam menanggulangi kekurangan
nutrisi, menggunakan manajemen diet agar status nutrisi tetap terjaga, mencegah
memburuknya penyakit hati, dan mencegah terjadinya ensefalopati hepatik
sehingga kualitas serta harapan hidup penderita juga akan membaik. Dilakukan
diet tinggi protein dan tinggi kalori untuk memperbaiki status gizi pasien.
Pemberian protein pada penderita sirosis disesuaikan dengan kompliksi keadaan
pasien. Pasa sirosis hati terkompensasi diberikan diet tinggi kalori tinggi
protein dengan maksud agar sel-sel hati dapat beregenerasi sedangkan untuk
mengontrol tingkat amonia darah digunakan laktulosa dan atau suatu jenis
antibiotik yang bernama neomisin.
b. Penggunaan
Alkohol
Gejala gangguan perilaku menyimpang,
depresi, cemas, dan insomnia seringkali menyertai penggunaan alkohol dosis
tinggi dan kadang-kadang mendahuluinya. Penggunaan terus menerus dari alkohol
dapat mengganggu kerja hampir seluruh organ, khususnya pada hati. Individu
dengan penggunaan alkohol dan depresi memiliki tingkat kematian yang lebih
besar daripada mereka yang memiliki kondisi penyakit kronis somatik lainnya. Untuk
menaggulangi sirosis maka dianjurkan untuk tidak meminum alkohol karena alkohol
dan hepatitis B dan C paling sering menyebabkan sirosis.
3.
Penting
|
Dasar
untuk me-rating perilaku
|
Kekurangan
Nutrisi
|
Kelompok
Anak-anak
Insiden
Sedang
|
Alkohol
|
Kelompok
Usia Produktif
Insiden
Tinggi
|
4. Pada
pengguna alkohol, sangat sulit bagi mereka untuk berhenti meminum alkohol
dengan total. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
terapi hipnotis. Terapi hipnotis tidak serta dengan langsung membenci alkohol
dan menghilangkan kebiasaan meminum alkohol tapi dimulai dengan membiasakan
pasien agar hidup bebas tanpa alkohol
dan memberikan motivasi pada diri sendiri pasien tersebut agar tidak
terpengaruh dengan pengaruh buruk seperti alkohol yang dapat menyebabkan
sirosis.
5. Perilaku
ini dapat diubah jika terapi hipnotis itu berhasil dilakukan.
Contoh
Kasus
Penderita berusia 8 tahun, bertempat
tinggal di Kabupaten Bone, masuk IRD RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada
tanggal 23 Februari 2009 yang dirujuk dari RSU Bone dengan diagnosis Sindroma
Nefrotik. Keluhan utama adalah perut membesar. Perut membesar sejak 8 hari lalu
diikuti pembengkakan mata, wajah dan kaki. Demam tidak ada, nafsu makan biasa,
batuk berlendir sejak 20 hari, buang air besar biasa, warna kuning kecoklatan,
buang air kecil lancar, warna kuning kecoklatan seperti teh. Riwayat demam
tidak terus menerus sejak 8 hari, riwayat penyakit kuning sejak 4 bulan yang
lalu dan telah berobat kedokter spesialis anak. (Journal, 2012)
Faktor
penyebab : kurang gizi, anemia akibat kekurangan asam float dan vitamin B12,
hipertensi portal, asites.
Faktor perilaku yang paling dominan
adalah kurang gizi (gizi buruk) sehingga rentan terhadap infeksi pada bagian
tubuh sehingga mengakibatkan kadar albumin rendah, kesadaran menurun, hati
mengecil, dan komplikasi neurologis. Kurang gizi disebabkan karena asupan
makanan yang tidak memadai diterima oleh tubuh. Apalagi dalam kasus ini,
kurangnya pengetahuan anak terhadap makanan yang memadai sehingga anak
cenderung memakan makanan yang kurang bergizi dan keadaan ekonomi orangtua yang
juga kurang memadai menyebabkan anak tersebut mengalami gizi buruk.
Memberikan pemahaan kepada anak tentang
manfaat dari makanan bergizi dan membiasakan anak untuk memakan roti, nasi,
kentang dan makanan bertepung lainnya makanan ini membentuk bagian terbesar
dari diet dan mnyediakan kalori untuk energi dan karbohidrat yang diubah
menjadi gula yang memberikan energi. Kemudian pemberian susu, buah dan sayuran
sebagai sumber kalsium, vitamin dan mineral serta serat untuk kesehatan
pencernaan yang lebih baik. Namun, sering kali anak tidak menyukai sayuran,
maka dari itu diperlukan kombinasi makanan seperti mencampurkan sayuran yang
telah dihaluskan kedalam nasi atau kombinasi dengan telur dan daging,
kacang-kacangan.
Jika perilaku anak membiasakan mau
memakan makanan yang bergizi, maka program yang diterapkan telar berhasil,
namun jika anak belum juga mau memakan makanan yang bergizi karena tidak
menyukai salah satu bahan makanan yang bergizi maka perlu dilakukan kombinasi
makanan agar terlihat menarik dan anak ingin menikmatinya.
Sumber :
Sumber :
Abubakar, A. (2015). Perubahan Status Fungsi Hati ,
Status Nutrisi , Keseimbangan Nitrogen pada Pasien Sirosis, 2(1), 23–30.
Ekasari, N. (2016). Korelasi serum gp73 terhadap derajat
fibrosis hati pasien hepatitis b dan c.
Journal, I. (2012). CLINICAL PATHOLOGY AND Majalah Patologi
Klinik Indonesia dan Laboratorium Medik.
Shely, I. (2013). Kasus Emergensi pada Penggunaan Alkohol,
(1).
Sumatera, E. (2012). Tinjauan Pustaka Sirosis Hati, 1–8.
Sutadi, S. R. I. M. (2012). Digitized by USU digital library
1, 1–7.
Comments
Post a Comment