Skip to main content

Ayo Lawan Corona Virus Bersama

Berdasarkan bukti yang tersedia, COVID-19 ditularkan melalui kontak dekat dan droplet, bukan melalui transmisi udara. Orang-orang yang paling berisiko terinfeksi adalah mereka yang berhubungan dekat dengan pasien COVID-19 atau yang merawat pasien COVID-19. Tindakan pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan di pelayanan kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif di masyarakat meliputi: 
  1. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor; 
  2. Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut; 
  3. Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke tempat sampah; 
  4. Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan kebersihan tangan setelah membuang masker;Menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan.
corona 2019

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Isolasi di Rumah (Perawatan di Rumah)

Isolasi rumah atau perawatan di rumah dilakukan terhadap orang yang bergejala ringan seperti orang dalam pemantauan dan kontak erat risiko tinggi yang bergejala dengantetap memperhatikan kemungkinan terjadinya perburukan. Pertimbangan tersebut mempertimbangan kondisi klinis dan keamanan lingkungan pasien. Pertimbangan lokasi dapat dilakukan di rumah, fasilitas umum, atau alat angkut dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat.
Penting untuk memastikan bahwa lingkungan tempat pemantauan kondusif untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan orang tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan untuk pemantauan harus diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan menghadapi COVID-19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas kesehatan masyarakat.
Selama proses pemantauan, pasien harus selalu proaktif berkomunikasi dengan petugas kesehatan. Petugas kesehatan yang melakukan pemantauan menggunakan APD minimal berupa masker.Berikut rekomendasi prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi untuk isolasi di rumah:
  1. Tempatkan pasien/orang dalam ruangan tersendiri yang memiliki ventilasi yang baik (memiliki jendela terbuka, atau pintu terbuka);
  2. Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama. Pastikan ruangan bersama (seperti dapur, kamar mandi) memiliki ventilasi yang baik;
  3. Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang berbeda, dan jika tidak memungkinkan maka jaga jarak 1 meter dari pasien (tdiur di tempat tidur berbeda);
  4. Batasi jumlah orang yang merawat pasien. Idealnya satu orang yang benar – benar sehat tanpa memiliki gangguan kesehatan lain atau gangguan kekebalan. Pengunjung/penjenguk tidak diizinkan sampai pasien benar – benar sehat dan tidak bergejala;
  5. Lakukan hand hygiene (cuci tangan) segera setiap ada kontak dengan pasien atau lingkungan pasien. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah dari kamar mandi, dan kapanpun tangan kelihatan kotor. Jika tangan tidak tampak kotor, dapat menggunakan handsanitizer, dan untuk tangan yang kelihatan kotor menggunakan air dan sabun;
  6. Jika mencuci tangan menggunakan air dan sabun, handuk kertas sekali pakai direkomendasikan. Jika tidak tersedia bias menggunakan handuk bersih dan segera ganti jika sudah basah;
  7. Untuk mencegah penularan melalui droplet, masker bedah (masker datar) diberikan kepada pasien untuk dipakai sesering mungkin;
  8. Orang yang memberikan perawatan sebaiknya menggunakan masker bedah terutama jika berada dalam suatu ruangan dengan pasien. Masker tidak boleh dipegang selama digunakan. Jika masker kotor atau basar segera ganti dengan yang baru. Buang masker dengan cara yang benar (jangan disentuh bagian depan, tapi mulai dari bagian belakang). Buang segera dan segera cuci tangan;
  9. Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh terutama cairan mulut atau pernapasan (dahak, ingus, dll) dan tinja. Gunakan sarung tangan dan masker jika harus memberikan perawatan mulut atau saluran nafas dan ketika memegang tinja, air kencing dan kotoran lain. Cuci tangan sebelum dan sesudah membuang sarung tangan dan masker;
  10. Jangan gunakan masker atau sarung tangan yang telah terpakai;
  11. Sediakan sprei dan alat makan khusus untuk pasien (cuci dengan sabun dan air setelah dipakai dan dapat digunakan kembali);
  12. Bersihkan permukaan di sekita pasien termasuk toilet dan kamar mandi secara teratur. Sabun atau detergen rumah tangga dapat digunakan, kemudian larutan NaOCl 0,5% (setara dengan 1 bagian larutan pemutih dan 9 bagian air);
  13. Bersihkan pakaian pasien, sprei, handuk dll menggunakan sabun cuci rumah tangga dan air atau menggunakan mesin cuci dengan suhu air 60-90C dengan detergen dan keringkan. Tempatkan pada kantong khusus dan jangan digoyang – goyang, dan hindari kontak langsung kulit dan pakaian dengan bahan – bahan yang terkontaminasi;
  14. Sarung tangan dan apron plastic sebaiknya digunakan saat membersihkan permukaan pasien, baju, atau bahan – bahan lain yang terkena airan tubuh pasien. Sarung tangan (yang bukan sekali pakai) dapat digunakan kembali setelah dicuci menggunakan sabun dan air dan didekontaminasi dengan larutan NaOCl 0,5%. Cuci tangan sebelum dan setelah menggunakan sarung tangan;
  15. Sarung tangan, masker dan bahan – bahan sisa lain selama perawatan harus di buang di tempat sampah di dalam ruangan pasien yang kemudian ditutup rapat sebelum dibuang sebagai kotoran infeksius;
  16. Hindari kontak dengan barang – barang terkontaminasi lainnya seperti sikat gigi, alat makan – minum, handuk, pakaian dan sprei;
  17. Ketika petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan rumah, maka selalu perhatikan APD dan ikut rekomendasi pencegahan penularan penyakit melalui droplet.
Baca Juga : How Is Coronavirus Spread ?

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Observasi 

Observasi dalam hal ini karantina dilakukan terhadap kontak erat untuk mewaspadai munculnya gejala sesuai definisi operasional. Lokasi observasi dapat dilakukan di rumah, fasilitas umum, atau alat angkut dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat. Penting untuk memastikan bahwa lingkungan tempat pemantauan kondusif untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan orang tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan untuk observasi harus diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan menghadapi COVID-19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas kesehatan masyarakat.
Kontak erat risiko rendah sebaiknya membatasi diri dan tidak bepergian ke tempat umum. Kontak erat risiko tinggi harus menjaga jarak sosial. Setiap akan melakukan observasi maka harus mengkomunikasikan dan mensosialisasikan tindakan yang akan dilakukan dengan benar, untuk mengurangi kepanikan dan meningkatkan kepatuhan:
  1. Masyarakat harus diberikan pedoman yang jelas, transparan, konsisten, dan terkini serta diberikan informasi yang dapat dipercaya tentang tindakan observasi;
  2. Keterlibatan masyarakat sangat penting jika tindakan observasi harus dilakukan;
  3. Orang yang di observasi perlu diberi perawatan kesehatan, dukungan social dan psikososial, serta kebutuhan dasar termasuk makanan, air dan kebutuhan pokok lainnya. Kebutuhan populasi rentan harus diproritaskan;
  4. Faktor budaya, geografis, dan ekonomi mempengaruhi efektivitas observasi. Penilaian cepat terhadap faktor local harus dianalisis, baik berupa faktor pendorong keberhasilan maupun penghambat proses observasi.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Penanganan Kargo
  1. Memakai masker apapun jenisnya tidak dianjurkan saat menangani kargo dari negara/area yang terjangkit;
  2. Sarung tangan tidak diperlukan kecuali digunakan untuk perlindungan terhadap bahaya mekanis, seperti saat memanipulasi permukaan kasar;
  3. Penggunaan sarung tangan harus tetap menerapkan kebersihan tangan;
  4. Sampai saat ini, tidak ada informasi epidemiologis yang menunjukkan bahwa kontak dengan barang atau produk yang dikirim dari negara/area terjangkit menjadi sumber penyakit COVID-19 pada manusia.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Pemulasaran Jenazah
  1. Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar ketika menangani pasien yang meninggal akibat penyakit menular;
  2. APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien tersebut meninggal dalam masa penularan;
  3. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar jenazah;
  4. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong jenazah;
  5. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah, diijinkan untuk melakukannya sebelum jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah dengan menggunakan APD;
  6. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular. Sensitivitas agama, adat istiadat dan budaya harus diperhatikan ketika seorang pasien dengan penyakit menular meninggal dunia;
  7. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet;
  8. Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diijinkan oleh keluarga dan Direktur Rumah Sakit;
  9. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh di buka lagi;
  10. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus;
  11. Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 (empat) jam disemayamkan di pemulasaraan jenazah.

Sumber : Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19, Kemenkes RI.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Distribusi Produk Nyata (tangible) dan produk tidak nyata (intangible)

Distribusi merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai pada pemakai (Angipora, 2002:295). Distribusi merupakan masalah lain yang akan dihadapi perusahaan pada saat produk selesai diproses. Distribusi ini menyangkut cara penyampaian produk ke tangan konsumen. Manajemen pemasaran mempunyai peranan dalam mengevaluasi penampilan para penyalur. Bila perusahaan merencanakan suatu pasar tertentu, yang pertama kali dipikirkan adalah siapa yang akan ditunjuk sebagai penyalur di sana, atau berapa banyak yang bersedia untuk menjadi penyalur di daerah itu. Hasil penelitian Satmoko, dkk (2005) menyatakan bahwa distribusi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Produk dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu produk yang berbentuk barang (fisik) dan produk berbentuk jasa (tidak berwujud). Namun secara jelas hampir tidak ada jenis produk yang tidak tergantung satu sama lain. Strategi memasarkan produk yang dominan b

Liver Disease, Cirrhosis is the biggest cause of DEATH!!!

CIRRHOSIS (sirosis)   Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45-46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai penyakit yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, koma peptikum, hepatorenal sindrom, dan asites, Spontaneous bacterial peritonitis serta Hepatosellular carsinoma. Gejala klinis dari sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju, maka kasus Sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit in, dan lebih kurang 30% lainnya di

Physical Distancing Bukan Memutus Silaturahmi Hanya Jaga Jarak Fisik

Virus Corona semakin meluas di berbagai negara dan daerah dalam negeri. Pemerintah menganjurkan masyarakat untuk menerapkan Social Distancing atau pembatasan sosial. Namun, Istilah itu rentan salah persepsi di tengah masyarakat. Ikatan sosial sangat diperlukan, tetapi tidak dengan fisik yang berdekatan.  Pemimpin teknis upaya penanggulangan Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove mendorong masyarakat untuk menjaga jarak fisik dengan orang lain. Namun, menjaga jarak fisik bukan berarti memutus tali silaturahmi antar sesama. Istilah tersebut berganti menjadi Physical Distancing, tujuannya agar orang – orang tetap terhubung secara sosial meskipun ada instruksi untuk berdiam diri di rumah demi memutus rantai penyebaran virus Corona. Meski berjauhan kita tetap menjaga komunikasi dengan orang – orang terdekat dengan memanfaatkan telepon, video call, maupun obrolan chat.  Apakah Physical Distancing sama dengan Social Distancing ? Sebelumnya, upaya pembatasan jarak dengan orang lain ini diken