Virus Corona semakin meluas di berbagai negara dan daerah dalam negeri. Pemerintah menganjurkan masyarakat untuk menerapkan Social Distancing atau pembatasan sosial. Namun, Istilah itu rentan salah persepsi di tengah masyarakat. Ikatan sosial sangat diperlukan, tetapi tidak dengan fisik yang berdekatan. Pemimpin teknis upaya penanggulangan Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove mendorong masyarakat untuk menjaga jarak fisik dengan orang lain. Namun, menjaga jarak fisik bukan berarti memutus tali silaturahmi antar sesama. Istilah tersebut berganti menjadi Physical Distancing, tujuannya agar orang – orang tetap terhubung secara sosial meskipun ada instruksi untuk berdiam diri di rumah demi memutus rantai penyebaran virus Corona. Meski berjauhan kita tetap menjaga komunikasi dengan orang – orang terdekat dengan memanfaatkan telepon, video call, maupun obrolan chat. Apakah Physical Distancing sama dengan Social Distancing ? Sebelumnya, upaya pembatasan jarak dengan orang lain ini diken
Ditengah pandemi Covid-19 yang menyerang seluruh negara di Dunia, sangat penting bagi kita untuk meningkatkan sistem imun tubuh agar tidak mudah sakit. Sistem imun tubuh adalah sel, jaringan, dan organ yang bekerja sama untuk melindungi tubuh dari infeksi. Mikroba (kuman) penyebab infeksi seperti bakteri, virus, parasite, dan jamur. Mikroba senang untuk melekat pada tubuh manusia karena merupakan lingkungan yang ideal bagi mereka. Inilah tugas sistem imun tubuh untuk menjaga tubuh manusia dan menangkap serta menghancurkan mikroba. Jutaan sel berkumpul menjadi tiap set dan subset, kemudian saling mengantarkan informasi. Ketika sel imun tersebut mendapat peringatan, mereka mengalami perubahan taktis dan memproduksi bahan kimia yang kuat. Substansi kimia itu yang akan mengatur perkembangan sel imun, menarik sel-sel lain dan mengarahkannya ke pusat masalah. Namun ada kalanya, pertahanan imun menurun sehingga tubuh pun jatuh sakit. Sering terserang flu dan sakit tenggorokan bias jadi tan